Sistem Kesehatan Indonesia

looking health as a part of a system..

Saturday, November 13, 2010

Memasyarakatkan Jaminan Kesehatan..

Siang itu, saya dan teman-teman menuju ke sebuah restoran untuk menerima penjelasan tentang asuransi yang diikuti oleh orang tua kami. Ya, orang kami bekerja di sebuah perusahaan swasta. Rupanya perusahaan tempat orang tua kami, mengikat kontrak dengan perusahaan asuransi baru. Tidak ada bayangan sama sekali tentang penjelasan apa yang kami dapatkan. Setelah menikmati sajian yang disuguhkan. Penjelasan pun dimulai. Penjelasan tentang sistem asuransi berjenjang yang paling saya ingat. Memanfaatkan dokter dan klinik keluarga yang telah ditunjuk pada langkah awal, apabila diperlukan dengan surat rujukan, baru kami dapat mengakses dokter spesialis yang diperlukan. Dokter-dokter keluarga yang disiapkan pun tersebar di berbagai wilayah.Namun, ada beberapa dokter spesialis khusus yang dapat kami tuju. Setaun kemudian, baru saya mendapatkan materi tentang jaminan kesehatan itu sendiri.

Seperti kita ketahui, bahwa coverage Jaminan Kesehatan saat ini hanya berkisar 60%, yang 80% nya adalah masyarakat miskin dan sangat miskin. Masyarakat awam dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi. Memahami tentang sistem Jaminan Kesehatan tidaklah mudah. Pertama kali terpapar tentang adanya sistem ini rasanya begitu asing. Bayangkan saja, apabila yang mahasiswa saja masih sulit memahami bagaimana dengan masyarakat awam.

Sistem Kesehatan Berjenjang, yang memanfaatkan dokter keluarga atau dokter umum sebagai Gatekeeper akhirnya tidak berjalan dengan maksimal. Pemberian pengetahuan kepada masyarakat sebagai sasaran utama sangat minim . Mereka tidak tahu, kapan seharusnya mereka datang ke dokter di Puskesmas dan kapan mereka datang ke dokter di Rumah Sakit. Rumah sakit besar akhirnya masih banyak berkutat dengan penyakit-penyakit yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari Puskesmas. Rumah sakit penuh sesak, sementara banyak Puskesmas di daerah yang sepi pasien. Selain itu, sosialisasi tentang Puskesmas dan dokter keluarga yang ditunjuk juga harus dilakukan agar masyarakat mengetahui dokter atau puskesmas mana yang dapat mereka tuju, tidak sekadar rumah sakit besar- besar saja.



Masyarakat pun akhirnya tidak mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal. Karena tidak banyak mengetahui tentang lokasi pelayanan kesehatan yang ada,biasanya mereka langsung datang ke Rumah Sakit besar, yang mereka tahu. Contohnya kasus saja,Bude, perempuan setengah baya yang bekerja di kos-kosan tempat saya tinggal bercerita bahwa beliau baru saja pulang dari Rumah Sakit Umum Pendidikan terbesar di kota tempat saya tinggal, setelah dari pagi mengantri dan baru selesai tengah hari untuk memeriksakan diri karena menderita common cold selama 3 hari. Sesuatu yang sebenernya tidak perlu terjadi.

Andai saja, ada pemberian informasi kepada masyarakat lebih maksimal. Penjelasan dengan bahasa yang lebih mudah diterima dan dipahami masyarakat tentunya. Tentunya fungsi dokter maupun Puskesmas dapat lebih maksimal. Jangan sampai ketidaktahuan dan ketidakpahaman masyarakat akan bagaimana Sistem Jaminan Kesehatan ini berjalan, akhirnya dapat menganggu pemenuhan hak mereka, disamping perwujudan dari sistem yang akan terganggu keberlangsungannya.

0 comments:

Post a Comment